Senin, 22 Oktober 2012

SEBAB-SEBAB YANG MEMBENTENGI SEORANG MUKMIN DARI MAKAR SYAITHAN DAN JIN [3-4]

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ


3. TAKWA

Allah عزوجل berfirman,
إِنَّ الَّذِينَ اتَّقَوْا إِذَا مَسَّهُمْ طَائِفٌ مِنَ الشَّيْطَانِ تَذَكَّرُوا فَإِذَا هُمْ مُبْصِرُونَإِنَّ الَّذِينَ اتَّقَوْا إِذَا مَسَّهُمْ طَائِفٌ مِنَ الشَّيْطَانِ تَذَكَّرُوا فَإِذَا هُمْ مُبْصِرُونَ

"Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaithan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya." [QS. Al-A'raf: 201]

4. MENGIKUTI AL-KITAB DAN AS-SUNNAH DALAM UCAPAN MAUPUN AMALAN

Allah عزوجل berfirman,
اتَّبِعُوا مَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ وَلَا تَتَّبِعُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ ۗ قَلِيلًا مَا تَذَكَّرُونَاتَّبِعُوا مَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ وَلَا تَتَّبِعُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ ۗ قَلِيلًا مَا تَذَكَّرُونَ

"Ikutilah apa yang diturunkan kepada kalian  dari dari rabb kalian dan janganlah kalian mengikuti wali-wali selain-Nya. Amat sedikit kalian mengambil pelajaran (daripadanya)." [QS. Al-A'raf: 3]

dan Allah عزوجل berfirman,
قَالَ هَٰذَا صِرَاطٌ عَلَيَّ مُسْتَقِيمٌقَالَ هَٰذَا صِرَاطٌ عَلَيَّ مُسْتَقِيمٌ. إِنَّ عِبَادِي لَيْسَ لَكَ عَلَيْهِمْ سُلْطَانٌ إِلَّا مَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْغَاوِينَإِنَّ عِبَادِي لَيْسَ لَكَ عَلَيْهِمْ سُلْطَانٌ إِلَّا مَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْغَاوِينَ

"Allah berfirman: " Ini adalah jalan yang lurus; kewajiban Aku-lah (menjaganya). Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tidak ada kekuasaan bagimu terhadap mereka, kecuali orang-orang yang mengikuti kamu, yaitu orang-orang yang sesat." [QS. Al-Hijr: 41-42]

dan Allah عزوجل berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌيَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ

"Hai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam islam secara keseluruhannya, dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah syaithan. Sesungguhnya syaithan itu musuh yang nyata bagi kalian." [QS. Al-Baqarah: 208]

Berkata Ibnu katsir, "(Allah) memerintah hamba-hamba-Nya yang beriman kepada-Nya lagi membenarkan Rasul-Nya untuk mengambil seluruh ikatan Islam dan syari'atnya, dan beramal dengan semua perintahnya dan meninggalkan segala larangannya sesuai dengan apa yang mereka mampu. Dan hal tersebut banyak sekali sebagaimana yang dikatakan oleh Ikrimah dari Ibnu 'Abbas."

dan Allah عزوجل berfirman,
فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

"Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa fitnah atau ditimpa azab yang pedih." [QS. An-Nur: 63]

dan Allah عزوجل berfirman,
وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَىٰ يَدَيْهِ يَقُولُ يَا لَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلًاوَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَىٰ يَدَيْهِ يَقُولُ يَا لَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلًا. يَا وَيْلَتَىٰ لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيلًايَا وَيْلَتَىٰ لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيلًا. لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءَنِي ۗ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِلْإِنْسَانِ خَذُولًالَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءَنِي ۗ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِلْإِنْسَانِ خَذُولًا

"Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zhalim menggigit dua tanganya, seraya berkata: "Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama rasul." kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan itu teman akrab(ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al-Qur'an ketika (Al-Qur'an) itu telah datang kepadaku. Dan adalah syaithan itu tidak mau menolong manusia." [QS. Al-Furqon: 27-29]

Dari Ibnu Mas'ud Radiallahu Anhua, Beliau berkata,
"Rasulullah Sallallahu Alaihi wasallam pernah menggaris untuk kami sebuah garis lalu beliau bersabda: "Ini adalah jalan Allah." (Kemudian di kanan dan kiri (garis tersebut), beliau menggaris garis-garis (lainnya) lalu bersabda: "Ini adalah jalan-jalan -Yazid (dalam riwayatnya) berkata (jalan-jalan) yang bercerai berai-, setiap jalan darinya ada syaithan yang menyeru kepadanya." Kemudian beliau membaca (firman-Nya) "Dan bahwa ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kalian dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepada kalian agar kalian bertakwa"." [Diriwayatkan oleh Ahmad 1/435-dan dihasankan oleh syu'aib pada no 4142- dan Al-Hakim 2/318 dan (Al-Hakim) menshohikannya dan disetujui oleh Adz-Dzahaby.]

Dan (Nabi) Sallallahu Alaihi Wasallam bersabda kepada Umar bin Al-Khaththob Radiallahu Anhu,
"Demi Yang jiwaku berada ditangan-Nya, tidaklah sekali-kali syaithan menjumpai engkau berjalan pada sebuah jalan kecuali ia akan ia akan menempuh jalan (lain) selain jalanmu." [Diriwayatkan oleh Al-Bukhary 6/417 no 3294 & MUSLIM no 2396]

Source : Hisbnul Mukmin min Maka'idul Maradah wal Jin karya Yahya Bin Muhammad Bin Qosim Ad-Dailamy Al-Yamany. Editor: Al-Ustadz Dzulqarnain M. Sunusi

DUHAI AYAH, AKU INGIN MEMBUATMU BAHAGIA

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
HADIRILAH

TAUSHIYAH
"DUHAI AYAH, AKU INGIN MEMBUATMU BAHAGIA"

OLEH :
AL-USTADZ KHIDIR M. SUNUSI
di
Pondok Tahfizul Qur'an 'As-Sunnah, Dusun Parapa', Desa Pakkaba, Kec. Galesong Utara, Takalar
Rabu, 8 Dzulhijjah 1433 H/ 24 Oktober 2012
pukul 09.30 am-selesai
[INSYAALLAH]


SEBAB-SEBAB YANG MEMBENTENGI SEORANG MUKMIN DARI MAKAR SYAITHAN DAN JIN [1-2]


1. TAWAKKAL KEPADA ALLAH

Allah عزوجل berfirman,
إِنَّمَا النَّجْوَىٰ مِنَ الشَّيْطَانِ لِيَحْزُنَ الَّذِينَ آمَنُوا وَلَيْسَ بِضَارِّهِمْ شَيْئًا إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ ۚ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَإِنَّمَا النَّجْوَىٰ مِنَ الشَّيْطَانِ لِيَحْزُنَ الَّذِينَ آمَنُوا وَلَيْسَ بِضَارِّهِمْ شَيْئًا إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ ۚ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ

"Sesungguhnya pembicaraan rahasia itu adalah itu adalah dari syaithan, supaya orang-orang yang beriman itu berduka cita, sedang pembicaraan itu tiadalah memberi mudharat sedikitpun kepada mereka, kecuali dengan izin Allah dan kepada mereka, kecuali dengan izin Allah-lah hendaknya orang-orang yang beriman bertawakkal." [QS. Al-Mujadilah: 10]

Dan Allah عزوجل berfirman,
إِنَّهُ لَيْسَ لَهُ سُلْطَانٌ عَلَى الَّذِينَ آمَنُوا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَإِنَّهُ لَيْسَ لَهُ سُلْطَانٌ عَلَى الَّذِينَ آمَنُوا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ. إِنَّمَا سُلْطَانُهُ عَلَى الَّذِينَ يَتَوَلَّوْنَهُ وَالَّذِينَ هُمْ بِهِ مُشْرِكُونَإِنَّمَا سُلْطَانُهُ عَلَى الَّذِينَ يَتَوَلَّوْنَهُ وَالَّذِينَ هُمْ بِهِ مُشْرِكُونَ

"Sesungguhnya syaithan ini tidak ada kekuasaannya atas orang-orang yang beriman dan tidak bertawakkal kepada Rabbnya. Sesungguhnya  kekuasaan (syaithan) hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya jadi pemimpin dan atas orang-orang yang mempersekutukannya dengan Allah". [QS. An-Nahl: 90-100]

Dan Allah عزوجل berfirman,
 وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ

"Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya." [QS. At-Tholaq: 3]

2. IKHLAS

Allah عزوجل berfirman,
قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَقَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ. إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَإِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ

"Iblis berkata: "Ya Rabbku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di mulka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang ikhlas di antara mereka"." [QS. Al-Hijr: 39-40]

Dan Allah عزوجل berfirman,
قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَقَالَ فَبِعِزَّتِكَ لَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ. إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَإِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ
"Iblis menjawab: "Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semua, kecuali hamba-hamba-Mu yang ikhlas di antara mereka"." [QS. Shod: 82-83]

Source : Hisbnul Mukmin min Maka'idul Maradah wal Jin karya Yahya Bin Muhammad Bin Qosim Ad-Dailamy Al-Yamany. Editor: Al-Ustadz Dzulqarnain M. Sunusi

DAURAH AQIDAH MAKASSAR "KITAB TAUHID"

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ


Dengan mengharap ridha ALLAH Subhana wa Ta'ala semata
HADIRILAH
DAURAH AQIDAH MAKASSAR "KITAB TAUHID"
Karya Syaikh Muhammad At-Tamimy
oleh
Al-Ustadz Dzulqarnain M. Sunusi
(pengasuh Ma'had As-Sunnah Makassar)
Mulai 24 Dzulhijjah 1433 H hingga 4 Muharram 1434H/ 9-18 November 2012 selama 10 hari.
Di Ma'had As-Sunnah Jln. Baji Rupa No. 8 Makassar
Terbuka Untuk Umum
Live di : 
www.dzulqarnain.net
www.an-nashihah.com 

Minggu, 21 Oktober 2012

TABLIGH AKBAR "MENDULANG PAHALA DI BULAN DZULHIJJAH"

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ


TABLIGH AKBAR 

"MENDULANG PAHALA DI BULAN DZUHIJJAH"
OLEH :
AL-USTADZ IBNU YUNUS AL-MAKASSARI
(Mudir Ma'had Al-Ihsan Kab. Gowa, Sul-Sel & Alumni Jamia'h Al-Ulum Al-Atsariyah Pakistan)
di
AUDITORIUM AL-AMIEN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
SABTU, 4 DZULHIJJAH 1433 H/ 20 OKTOBER 2012

Minggu, 09 September 2012

KEUTAMAAN TAUHID

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

KEUTAMAAN TAUHID



            Kehidupan di dunia ini senantiasa berputar. Hari berganti hari, bulan demi bulan, satu tahun pun akhirnya berlalu tanpa kita sadari. Seiring berjalannya siang dan malam, saat itu pula ujian menimpa setiap manusia. Ya, kehidupan ini adalah ujian bagi kita, yang akan kita pertanggungjawabkan nanti di hadapan ALLAH .
Dalam menghadapi ujian, tak jarang seseorang melakukan kesalahan. Bisa karena kalah dengan nafsu, atau karena kerancuan berfikir yang menguasai. Akhirnya, orang tersebut pun bermaksiat dan berdosa kepada ALLAH . Semakin banyak salah dalam ujian, semakin banyak beban dosa yang dia pikul. Kemudian, dia pun datang kepada-NYA dengan berbagai dosa yang berujung kepada murka ALLAH  dan siksa neraka-NYA. Kita berlindung kepada ALLAH  dari itu semua.
Namun, ALLAH  adalah Rabb yang Maha Pengasih dan Penyayang terhadap hamba-NYA. ALLAH  memberikan kesempatan kepada kita untuk berusaha memperbaiki kesalahan dan merubahnya. ALLAH  buka pintu taubat dari segala dosa. ALLAH  pun menjadikan amalan kebajikan sebagai amalan penghapus kesalahan. Diharapkan dengan itu semua, kita kembali menghadap-NYA dalam keadaan bersih dan bebas dari dosa.

TAUHID PENGHAPUS DOSA

Selain sebagai pondasi Agama seseorang, Tauhid juga merupakan nikmat yang kelak sangat kita harapkan saat menghadapi hari hisab, selain kita juga berupaya agar tidak terjatuh dalam dosa.
Keutamaan Tauhid sebagai penghapus dosa disebutkan dalam hadits qudsi :

ياابن ادم إنك لو أتيتني بقراب الارض خطايا ثم لقيتني لا تشرك بي شيألأ تيتك بقر ابهامغفرة                                                             

            “Wahai anak Adam, sungguh seandainya engkau datang kepada-KU dengan dosa sepenuh bumi, sedang engkau datang kepada-KU tanpa menyekutukan-KU dengan sesuatu pun, AKU benar-benar akan datang dengan ampunan sebesar itu pula.” [H.R. At Tirmidzi, dari Shahabat Anas bin Malik  dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani Rahimahullah dalam Shahih Sunan At Tarmidzi].

            Dalam hadits ini, ALLAH  telah menjanjikan kepada anak Adam, bahwa ALLAH  akan mengampuni mereka apabila meninggal dalam keadaan tidak menyekutukan ALLAH  dengan sesuatu pun. Hal ini menjadi dalil bahwa Tauhid adalah sebab utama diampuninya dosa seseorang. Semakin sempurna Tauhid seseorang, semakin jauh pula ia dari kesyirikan yang berarti ia akan semakin mempunyai peluang besar untuk mendapatkan ampunan ALLAH . Maka, orang yang bertauhid adalah orang yang paling beruntung dengan ampunan dosa dari ALLAH . Sebaliknya, seorang musyrik yang mempersekutukan ALLAH  dalam ibadah dan keyakinan merupakan orang yang paling merugi, sebab pahalanya ALLAH  gugurkan walaupun dia adalah orang yang banyak berbuat baik.

TAUHID ADALAH SEBAB SELAMATNYA SEORANG HAMBA DARI NERAKA

Kelak di akhirat, setiap manusia pasti akan dihadapkan pada dua kemungkinan. Jika bukan mendapat nikmat dari ALLAH  berupa Surga-NYA, maka ia akan mendapat siksa Api Neraka. Tentu semua orang tidak ingin dirinya mendapat penderitaan  siksa Neraka. Tauhid adalah salah satu sebab utama selamatnya seseorang dari siksa Api Neraka. Pada suatu ketika Rasulullah  bersabda kepada Muadz bin Jabal  yang artinya, “Wahai Muadz apakah engkau tahu hak ALLAH atas hamba-NYA dan hak hamba atas ALLAH?” Muadz berkata, “ALLAH dan Rasul-NYA lebih tahu.” Beliau  bersabda, “Sesungguhnya hak ALLAH atas hamba-NYA adalah mereka beribadah kepada-NYA semata dan tidak menyekutukan-NYA dengan sesuatu pun. Sedangkan hak hamba atas ALLAH adalah ALLAH tidak akan meng-azab seorang yang tidak menyekutukan-NYA dengan sesuatu pun.” [H.R. Al Bukhari dan Muslim]. Dalam hadits ini Rasulullah  memberitahukan kepada Mu’adz  bahwa ALLAH  tidak akan meng-azab hamba-NYA jika mereka menunaikan hak ALLAH atas mereka. Hak ALLAH  tersebut adalah dengan ber-Tauhid kepada ALLAH  dan tidak mempersekutukan-NYA dengan sesuatupun. Inilah faedah ber-Tauhid kepada ALLAH .

TAUHID ADALAH SEBAB MASUK SURGA TANPA HISAB

Masuk surga dan dijauhkan dari dari neraka merupakan nikmat yang sangat besar. Nikmat ini akan lebih lengkap apabila kita masuk surga dengan tanpa melalui hisab. Betapa tidak? Pada saat dikumpulkannya manusia di padang Mahsyar, matahari hanya berjarak satu mil di atas kepala kita. Manusia semuanya merasa takut menghadapi hisab, lupa terhadap anak, istri, dan keluarga yang dicintainya.
Nah, dengan Tauhid yang sempurna, kita bisa memasuki surga tanpa hisab. Dalam hadits yang panjang, Rasulullah  melihat umat beliau , tujuh puluh ribu orang di antaranya masuk surga tanpa hisab dan azab. Para Shahabat bertanya siapakah mereka? Beliau  bersabda yang artinya, “Mereka adalah orang-orang yang tidak meminta untuk di-ruqyah, tidak meminta untuk di-kay, dan tidak ber-tathayyur, serta hanya kepada ALLAH semata mereka bertawakkal.” [H.R. Al Bukhari dari Shahabat imran bin Husain ]
Dalam hadits di atas Rasulullah  memberitakan bahwa ada beberapa sifat yang akan menjadikan seseorang masuk surga tanpa hisab :

1

TIDAK MINTA DI-RUQYAH.

Ruqyah adalah bacaan-bacaan untuk mengobati penyakit, kadang berupa bacaan ayat-ayat Al-Qur’an atau doa-doa yang diajarkan oleh Rasulullah . Ruqyah pada masa Jahiliah sangat akrab dengan masyarakat, bahkan dianggap sebagai terapi yang manjur. Orang yang meminta ruqyah pun memiliki ketergantungan qalbu terhadap yang me-Ruqyah. Dari sinilah Tauhidnya menjadi tidak sempurna karena orang yang minta di-Ruqyah memiliki semacam ketergantungan dan harapan kepada selain ALLAH. Maka jika kita perlu untuk di-Ruqyah hendaknya me-Ruqyah sendiri dan tidak meminta untuk di-Ruqya-kan.

2

TIDAK MINTA KAY.

Kay adalah pengobatan penyakit dengan cara menempelkan besi panas pada bagian tubuh tertentu. Metode penyembuhan ini sangat efektif . sehingga, muncullah kesan berobat dengan metode kay pasti sembuh. Orang yang sakit pun bergantung kepada kay dan lupa kepada penyembuh yang hakiki yaitu ALLAH . Dengan demikian Tauhidnya menjadi tidak sempurna.

3

TIDAK BER-TATHAYYUR.

Tathayyur adalah anggapan sial terhadap benda, waktu, atau tempat tertentu, baik yang dilihat atau didengar. Tauhid seseorang yang melakukan tathayyur menjadi berkurang karena menganggap sesuatu sebagai sebab. Keberuntungan dan kesialan, padahal faktanya hal itu tidak memiliki hubungan dengan keberuntungan dan kesialan. Seolah-olah ia menyakini ada sesuatu yang memiliki pengaruh selain ALLAH 
.
4

BERTAWAKKAL HANYA KEPADA ALLAH  .

Empat sifat ini bermuara kepada Tawakkal kepada ALLAH  saja. Ruqyah, kay, dan tathayyur adalah sebab berkurangnya tawakkal seseorang kepada ALLAH. Padahal. Tawakkal merupakan salah satu perwujudan Tauhid. Semakin kuat Tauhid seseorang kepada ALLAH, semakin kuat pula Tawakkalnya kepada ALLAH. Orang-orang musyrikin pun merupakan orang yang sangat lemah tawakkalnya kepada ALLAH sehingga menggantungkan hati mereka kepada selain ALLAH berupa jimat, berhala, dan lainnya. Nah, marilah kita perbaiki Tauhid kita, kemudian berharap ampunan dosa, perlindungan dari Neraka, dan masuk Surga tanpa Hisab. WALLAHU A’LAM [Hammam].

Source : Majalah Tashfiyah [Mudah Berfaedah]


DAKWAH KEPADA TAUHID



بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ


DAKWAH KEPADA TAUHID

Pada masa ini, kita dapati kaum muslimin berada dalam kelemahan dari berbagai aspek, baik dalam ekonomi, sosial, maupun bidang-bidang lainnya. Sebagaian kaum muslimin yang mempunyai semangat untuk memperbaiki keadaan ini pun berusaha untuk berpikir sebuah solusi yang di tempuh supaya kaum muslimin kembali kepada kejayaan seperti pada zaman keemasannya dahulu. Dari sini, dikemukakanlah berbagai pendapat dan dilakukanlah bermacam-macam cara.
Sebagian muslim berpendapat bahwa akar permasalahan ini adalah kemiskinan. Jadilah, solusi yang ditempuh dengan menggalang dana dan membangun kekuatan finansial sebesar-besarnya. Mereka berdakwah dengan memfokuskan diri supaya perekonomian kaum muslimin menjadi kuat. Yang lain berpendapat bahwa perubahan baru akan terwujud ketika kaum muslimin menguasai parlemen sehingga dapat menerapkan syariat Islam di masyarakat. Kaum muslimin yang lain mengajak untuk melakukan shalat, membaca Al-Qur’an dan sebagainya, namun tidak menyinggung perbaikan dalam hal keyakinan dan aqidah. Mereka menganggap pembahasan aqidah justru akan memecah-belah umat dan memperkeruh keadaan. Manakah jalan dakwah yang benar? Tentu perlu ditimbang kebenarannya, apakah sesuai dengan Al-Qur’an, sesuai dengan bimbingan Rasulullah .
Kita perlu meyakini bahwa islam adalah agama yang sempurna dari segala sisinya. Baik masalah yang menurut mayoritas manusia sepele maupun masalah yang besar dan agung telah diatur. Bagaimana tidak? Amalan ini adalah tugas utama para Nabi dan Rasul serta orang-orang yang mengikuti mereka. Maka dari sinilah hendaknya kita mencontoh mereka. Lalu, bagaimanakah cara yang mereka tempuh dalam berdakwah kepada kaumnya? Apakah materi pertama yang didakwahkan?
Hal pertama dan utama yang didakwahkan oleh Rasulullah  adalah Tauhid. Apakah Tauhid? Tauhid adalah pengesaan ALLAH   dalam hal Rububiyah (meyakini bahwasannya ALLAH  satu-satunya Dzat yang mengatur alam, memberi rezeki, menciptakan, pemilik kerajaan langit dan bumi), Uluhiyah (mengesakan ALLAH  dalam hal peribadahan), dan Asma’ Wash Shifat (nama-nama ALLAH  yang sempurna). Pengesaan ketiga hal ini harus diyakini setiap muslim. Barang siapa tidak meyakini salah satunya, maka dia telah berbuat syirik yang mengakibatkan dirinya keluar dari Islam.
Dakwah semua para Nabi sebelum Rasulullah  juga berporos pada Tauhid ini. ALLAH  telah menyebutkan dalam Al-Qur’an tentang hal ini dalam kitab-NYA :

وَمَا أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ                   

“ Dan tidaklah kami utus sebelummu (wahai Muhammad) seorang Rasul pun, kecuali kami wahyukan kepadanya banhwa Tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali AKU, maka beribadahlah kalian hanya kepada-KU” [Q.S Al-Anbiya’ : 25]
ALLAH  juga berfirman :

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ                             
“Dan sungguh Kami telah mengutus seorang Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), “Sembahlah ALLAH saja, dan jaugilah Thaghut (segala yang diibadahi selain ALLAH)’.[Q.S An-Nahl]

Lihatlah bagaimana seruan para Rasul ini. Dakwah mereka pertama kali adalah masalah Tauhid, mengesakan ALLAH dalam ibadah, sekaligus melarang kesyirikan. Ayat yang semakna dengan dua ayat di atas sangat banyak yang menunjukkan pentingnya masalah Tauhid.
Tauhid juga merupakan pondasi bagi seluruh amal perbuatan seorang hamba. Diterima atau tidak akan lepas dari baik da benarnya Tauhid seseorang. Bak sebuah rumah, kokoh tidaknya suatu bangunan dipengaruhi dengan kekuatan pondasinya. Maka, baik buruknya agama seseorang pun dipengaruhi Tauhid orang tersebut.
Senada dengan perintah Al-Qur’an berdakwah kepada Tauhid adalah bimbingan Rasulullah  kepada para Shahabat beliau yang diutus sebagai da’i ke seluruh penjuru negeri, salah satunya adalah Muadz bin Jabal . Tatkala beliau  mengutusnya untuk menjadi Da’i di negeri Yaman, Rasulullah  bersabda membimbing Muadz  tentang apa yang seharusnya di dakwahkan pertama kali :

إ نك تأ تي قو ما من أ هل الكتاب فا د عهم إلى شهادةأن لا إله إلا الله ورسول الله       

            “sesungguhnya engkau akan mendatangi suatu kaum dari kalangan ahlul kitab (kaum Nasrani) maka ajaklah mereka kepada persaksian Laa ilaha illallah dan aku ini Rasulullah.”
[H.R. Al Bukhari dan Muslim dari Shahabat Abdullah bin Abbas  ].

            Demikianlah inti dakwah yang semestinya disampaikan pertama kali, yaitu menyeru manusia untuk mengesakan ALLAH dalam ibadahnya, baru disusul dengan perkara agama yang lain. Jadi, dakwah dimulai dari yang paling penting kemudian baru yang penting setelahnya. Hal ini pula yang dipraktikkan oleh Rasulullah  di negeri Makkah. Selama tiga belas tahun, beliau berdakwah di Makkah untuk mengajak kaumnya supaya beribadah hanya kepada ALLAH, baik secara sembunyi-sembunyi ataupun terang-terangan. Tidak hanya di Makkah, Tauhid ini pun tetap beliau dakwahkan di negeri Madinah. Lebih dari itu, menjelang wafat pun beliau masih mengingatkan para shahabat dari praktik-praktik yang menjerumuskan ke jurang kesyirikan demi menjaga keutuhan Tauhid. Imam Muslim Rahimahullah dalam kitab Shahih beliau meriwayatkansebuah hadits dari Shahabat Jundab bin Abdullah Al Bajali , “Aku mendengar Rasulullah  bersabda lima hari sebelum beliau wafat (yang artinya) “Sesungguhnya umat sebelum kalian dahulu selalu menjadikan kuburan para nabi dan orang-orang shaleh mereka sebagai masjid. Ketahuilah, jangan sampai kalian menjadikan kuburan sebagai masjid. Sesungguhnya aku melarang kalian dari hal itu.” Rasulullah  memperingatkan dan melarang para Shahabat untuk membangun masjid di atas kuburan karena hal ini sangat berbahaya bagi Tauhid. Di mana, mayoritas kaum musyrikin banyak melakukan praktik peribadahan justru kepada kuburan-kuburan tersebut, baik dengan meminta-minta kepada kuburan, bersemedi di sana, atau ibadah lainnya yang seharusnya hanya diperuntukkan bagi ALLAH  semata. Bahkan, berhala Latta yang mereka agungkan merupakan kuburan orang shalih. Maka, beliau  pun memperingatkan Shahabat agar jangan berlebihan terhadap kuburan beliau .
            Jika ada yang mengatakan, “ Tapi, masyarakat sekarang sudah bobrok dari segala sisinya.” Maka, perlu kita ketahui, sungguh keadaan kaum musyrikin pada zaman Rasulullah  tidak lebih baik dari keadaan kaum muslimin saat ini. Bahkan, kerusakannya sudah mencapai puncaknya. Mereka membutuhkan perbaikan dalam seluruh sendi kehidupan. Seandainya solusi-solusi yang telah dikemukakan di muka merupakan jalan yang terbaik dalam memperbaiki kaum muslimin, tentulah Rasulullah  telah menempuhnya. Namun, beliau tetap memulai dakwah pada Tauhid dan memperbaiki Akidah. Kita telah mengetahui keberhasilan dakwah beliau . Maka, jelaslah solusi yang tepat untuk mengatasi krisis yang sedang melanda adalah berdakwah pertama kali kepada Tauhid yang benar. Jadi, kita harus senantiasa memprioritaskan, memerhatikan, dan mementingkan dakwah untuk memurnikan ibadah hanya kepada ALLAH  dan tidak boleh meremehkan hal ini.

لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ                      
           
“Sesungguhnya telah ada bagi kalian pada diri Rasulullah  suri tauladan yang baik bagi orang yang mengharap (rahmat) ALLAH dan hari Akhir [Q.S. Al-Ahzab:21] WALLAHU A’LAM [hammam] 

Source : Majalah Tasfiyah [mudah berfaedah]

Kamis, 06 September 2012

FITNAH KEHIDUPAN


NASEHAT TENTANG :
FITNAH KEHIDUPAN
Ceramah Juma'at Oleh :

Al-Ustadz Khidir M. Sunusi Hafizhahullah

Tempat : MA'HAD ASSUNNAH MAKASSAR
JL. Baji Rupa No. 8 Makassar





Minggu, 05 Agustus 2012

KEUTAMAAN IFFAH DAN BERSABAR

Keutamaan Iffah dan Bersabar

(ditulis oleh: Al-’Allamah Asy-Syaikh Abdurrahman ibnu Nashir as-Sa’di)

Abu Sa’id al-Khudri z menyampaikan sabda Rasulullah n yang mulia:
وَمَنْ يَسْتَعْفِفْ يُعِفَّهُ اللهُ، وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اللهُ، وَمَنْ يَتَصَبَّرْ يُصَبِّرْهُ اللهُ، وَمَا أُعْطِيَ أَحَدٌ عَطَاءً خَيْرًا وَأَوْسَعَ مِنَ الصَّبْرِ
“Siapa yang menjaga kehormatan dirinya—dengan tidak meminta kepada manusia dan berambisi untuk beroleh apa yang ada di tangan mereka—Allah l akan menganugerahkan kepadanya iffah (kehormatan diri). Siapa yang merasa cukup, Allah l akan mencukupinya (sehingga jiwanya kaya/merasa cukup dan dibukakan untuknya pintu-pintu rezeki). Siapa yang menyabarkan dirinya, Allah l akan menjadikannya sabar. Tidaklah seseorang diberi pemberian yang lebih baik dan lebih luas daripada kesabaran.” (HR. Al-Bukhari no. 1469 dan Muslim no. 2421)
Hadits yang agung ini terdiri dari empat kalimat yang singkat, namun memuat banyak faedah lagi manfaat.

Pertama: Ucapan Nabi :
وَمَنْ يَسْتَعْفِفْ يُعِفَّهُ اللهُ
“Siapa yang menjaga kehormatan dirinya—dengan tidak meminta kepada manusia dan berambisi untuk beroleh apa yang ada di tangan mereka—Allah l akan menganugerahkan kepadanya iffah.”

Kedua: Ucapan Nabi :
وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اللهُ
“Siapa yang merasa cukup, Allah l akan mencukupinya (sehingga jiwanya kaya/merasa cukup dan dibukakan untuknya pintu-pintu rezeki).”
Dua kalimat di atas saling terkait satu sama lain, karena kesempurnaan seorang hamba ada pada keikhlasannya kepada Allah l, dalam keadaan takut dan berharap serta bergantung kepada-Nya saja. Adapun kepada makhluk, tidak sama sekali. Oleh karena itu, seorang hamba sepantasnya berupaya mewujudkan kesempurnaan ini dan mengamalkan segala sebab yang mengantarkannya kepadanya, sehingga ia benar-benar menjadi hamba Allah l semata, merdeka dari perbudakan makhluk.
Usaha yang bisa dia tempuh adalah memaksa jiwanya melakukan dua hal berikut.
1. Memalingkan jiwanya dari ketergantungan kepada makhluk dengan menjaga kehormatan diri sehingga tidak berharap mendapatkan apa yang ada di tangan mereka, hingga ia tidak meminta kepada makhluk, baik secara lisan (lisanul maqal) maupun keadaan (lisanul hal).
Oleh karena itu, Rasulullah n bersabda kepada Umar z:
مَا أَتَاكَ مِنْ هذَا الْمَالِ وَأَنْتَ غَيْرُ مُشْرِفٍ وَلاَ سَائِلٍ فَخُذْهُ, وَمَا لاَ فَلاَ تُتْبِعْهُ نَفْسَكَ
“Harta yang mendatangimu dalam keadaan engkau tidak berambisi terhadapnya dan tidak pula memintanya, ambillah. Adapun yang tidak datang kepadamu, janganlah engkau/menggantungkan jiwamu kepadanya.” (HR. Al-Bukhari no. 1473 dan Muslim no. 2402)
Memutus ambisi hati dan meminta dengan lisan untuk menjaga kehormatan diri serta menghindar dari berutang budi kepada makhluk serta memutus ketergantungan hati kepada mereka, merupakan sebab yang kuat untuk mencapai ‘iffah.
2. Penyempurna perkara di atas adalah memaksa jiwa untuk melakukan hal kedua, yaitu merasa cukup dengan Allah l, percaya dengan pencukupan-Nya. Siapa yang bertawakal kepada Allah l, pasti Allah l akan mencukupinya. Inilah yang menjadi tujuan.
Yang pertama merupakan perantara kepada yang kedua ini, karena orang yang ingin menjaga diri untuk tidak berambisi terhadap yang dimiliki orang lain, tentu ia harus  memperkuat ketergantungan dirinya kepada Allah l, berharap dan berambisi terhadap keutamaan Allah l dan kebaikan-Nya, memperbaiki persangkaannya dan percaya kepada Rabbnya. Allah l itu mengikuti persangkaan baik hamba-Nya. Bila hamba menyangka baik, ia akan beroleh kebaikan. Sebaliknya, bila ia bersangka selain kebaikan, ia pun akan memperoleh apa yang disangkanya.
Setiap hal di atas meneguhkan yang lain sehingga memperkuatnya. Semakin kuat ketergantungan kepada Allah l, semakin lemah ketergantungan terhadap makhluk. Demikian pula sebaliknya.
Di antara doa yang pernah dipanjatkan oleh Nabi n:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى
“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu petunjuk, ketakwaan, iffah, dan kecukupan.” (HR. Muslim no. 6842 dari Ibnu Mas’ud z)
Seluruh kebaikan terkumpul dalam doa ini. Al-huda (petunjuk) adalah ilmu yang bermanfaat, ketakwaan adalah amal saleh dan meninggalkan seluruh yang diharamkan. Hal ini membawa kebaikan agama.
Penyempurnanya adalah baik dan tenangnya hati, dengan tidak berharap kepada makhluk dan merasa cukup dengan Allah l. Orang yang merasa cukup dengan Allah l, dialah orang kaya yang sebenarnya, walaupun sedikit hartanya. Orang kaya bukanlah orang yang banyak hartanya. Akan tetapi, orang kaya yang hakiki adalah orang yang kaya hatinya.
Dengan ‘iffah dan kekayaan hati sempurnalah kehidupan yang baik bagi seorang hamba. Dia akan merasakan kenikmatan duniawi dan qana’ah/merasa cukup dengan apa yang Allah l berikan kepadanya.

Ketiga: Ucapan Nabi n:
وَمَنْ يَتَصَبَّرْ يُصَبِّرْهُ اللهُ
“Siapa yang menyabarkan dirinya, Allah l akan menjadikannya sabar.”

Keempat: Bila Allah l memberikan kesabaran kepada seorang hamba, itu merupakan pemberian yang paling utama, paling luas, dan paling agung, karena kesabaran itu akan bisa membantunya menghadapi berbagai masalah. Allah l berfirman:
“Mintalah pertolongan dengan sabar dan shalat.” (Al-Baqarah: 45)
Maknanya, dalam seluruh masalah kalian.
Sabar itu, sebagaimana seluruh akhlak yang lain, membutuhkan kesungguhan (mujahadah) dan latihan jiwa. Karena itulah, Rasulullah n mengatakan: وَمَنْ يَتَصَبَّرْ  “memaksa jiwanya untuk bersabar”, balasannya: يُصَبِّرهُ اللهُ  “Allah l akan menjadikannya sabar.”
Usaha dia akan berbuah bantuan Allah l terhadapnya.
Sabar itu disebut pemberian terbesar, karena sifat ini berkaitan dengan seluruh masalah hamba dan kesempurnaannya. Dalam setiap keadaan hamba membutuhkan kesabaran.
Ia membutuhkan kesabaran dalam taat kepada Allah l sehingga bisa menegakkan ketaatan tersebut dan menunaikannya.
Ia membutuhkan kesabaran untuk menjauhi maksiat kepada Allah l sehingga ia bisa meninggalkannya karena Allah l.
Ia membutuhkan sabar dalam menghadapi takdir Allah l yang menyakitkan sehingga ia tidak menyalahkan/murka terhadap takdir tersebut. Bahkan, ia pun tetap membutuhkan sabar menghadapi nikmat-nikmat Allah l dan hal-hal yang dicintai oleh jiwa sehingga tidak membiarkan jiwanya bangga dan bergembira yang tercela. Ia justru menyibukkan diri dengan bersyukur kepada Allah l.
Demikianlah, ia membutuhkan kesabaran dalam setiap keadaan. Dengan sabar, akan diperoleh keuntungan dan kesuksesan. Oleh karena itulah, Allah l menyebutkan ahlul jannah (penghuni surga) dengan firman-Nya:
Dan para malaikat masuk kepada tempat-tempat mereka dari semua pintu (sambil mengucapkan), “Keselamatan atas kalian berkat kesabaran kalian.” Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu. (Ar-Ra’d: 23—24)
Demikian pula firman-Nya:
“Mereka itulah yang dibalasi dengan martabat yang tinggi dalam surga karena kesabaran mereka….” (Al-Furqan: 75)
Dengan kesabaranlah mereka memperoleh surga berikut kenikmatannya dan mencapai tempat-tempat yang tinggi.
Seorang hamba hendaklah meminta keselamatan kepada Allah l, agar dihindarkan dari musibah yang ia tidak mengetahui akibatnya. Akan tetapi, bila musibah itu tetap menghampirinya, tugasnya adalah bersabar. Kesabaran merupakan hal yang diperintahkan dan Allah l-lah yang menolong hamba-Nya.
Allah l menjanjikan dalam kitab-Nya dan melalui lisan Rasul-Nya bahwa orang-orang yang bersabar akan beroleh ganjaran yang tinggi lagi mulia.
Allah l berjanji akan menolong mereka dalam semua urusan, menyertai mereka dengan penjagaan, taufik dan pelurusan-Nya, mencintai dan mengokohkan hati serta telapak kaki mereka.
Allah l akan memberikan ketenangan dan ketenteraman, memudahkan mereka melakukan banyak ketaatan.
Dia juga akan menjaga mereka dari penyelisihan.
Dia memberikan keutamaan kepada mereka dengan shalawat, rahmat, dan hidayah ketika tertimpa musibah.
Dia mengangkat mereka kepada tempat-tempat yang paling tinggi di dunia dan akhirat.
Dia berjanji menolong mereka, memudahkan menempuh jalan yang mudah, dan menjauhkan mereka dari kesulitan.
Dia menjanjikan mereka memperoleh kebahagiaan, keberuntungan, dan kesuksesan.
Dia juga akan memberi mereka pahala tanpa hitungan.
Dia akan mengganti apa yang luput dari mereka di dunia dengan ganti yang lebih banyak dan lebih baik daripada hal-hal yang mereka cintai yang telah diambil dari mereka.
Allah l pun akan mengganti hal-hal tidak menyenangkan yang menimpa mereka dengan ganti yang segera, banyaknya berlipat-lipat daripada musibah yang menimpa mereka.
Sabar itu pada mulanya sulit dan berat, namun pada akhirnya mudah lagi terpuji akibatnya. Ini sebagaimana dikatakan dalam bait syair berikut.
وَالصَّبْرُ مِثْلُ اسْمِهِ مُرٌّ مَذَاقَتُهُ
لَكِنَّ عَوَاقِبَهُ أَحْلَى مِنَ الْعَسَلِ
Sabar itu seperti namanya, pahit rasanya
Akan tetapi, akibatnya lebih manis daripada madu.
Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.
(Diterjemahkan Ummu Ishaq al-Atsariyyah dari kitab Bahjatu Qulubil Abrar wa Qurratu ‘Uyunil Akhyar fi Syarhi Jawami’il Akhbar, hadits ke-33, hlm. 9l—93, Al-’Allamah Asy-Syaikh Abdurrahman ibnu Nashir as-Sa’di t)

sumber : http://asysyariah.com/keutamaan-iffah-dan-bersabar.html

Sabtu, 04 Agustus 2012

Ceramah Ramadhan - Malam Ke-11 Tarwih 1433 H 2012 M


CERAMAH RAMADHAN


TEMA : "Kesyukuran, Kecintaan dan Meraih Pengampunan ALLAH Subhana Wa Ta'ala dengan Taubat di Bulan Ramadhan"


Oleh : Al-Ustadz Khidir M. Sunusi
Tempat : Masjid Al-Latief, Jl. Perintis Kemerdekaan VII, Tamalanrea, Makassar

Ceramah Ramadhan - Malam Ke-2 Tarwih 1433 H 2012 M

Ceramah Tarwih




TEMA : Dakwah Tauhid, Dakwah Seluruh Nabi dan Rasul ALLAH, Benarkah ?

Oleh : Al-Ustadz Khaidir Hafizhahullah
Tempat : Perdos. Unhas, Tamalanrea, Makassar



Sabtu, 11 Februari 2012

PERHATIKANLAH KISAH YANG INDAH !! (TIDAK HASAD kepada MUSLIMIN menjadikannya PENGHUNI SURGA)

Bismillah...


Diriwayatkan dari Anas bin Malik, dia berkata, "Ketika kami duduk-duduk bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tiba-tiba beliau bersabda, 'Sebentar lagi akan datang seorang laki-laki penghuni Surga.' Kemudian seorang laki-laki dari Anshar lewat di hadapan mereka sementara bekas air wudhu masih membasahi jenggotnya, sedangkan tangan kirinya menenteng sandal.

Esok harinya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda lagi, 'Akan lewat di hadapan kalian seorang laki-laki penghuni Surga.' Kemudian muncul lelaki kemarin dengan kondisi persis seperti hari sebelumnya.

Besok harinya lagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, 'Akan lewat di hadapan kalian seorang lelaki penghuni Surga!!' Tidak berapa lama kemudian orang itu masuk sebagaimana kondisi sebelumnya; bekas air wudhu masih memenuhi jenggotnya, sedangkan tangan kirinya menenteng sandal .

Setelah itu Rasulullah bangkit dari tempat duduknya. Sementara Abdullah bin Amr bin Ash radhiyallahu 'anhuma mengikuti lelaki tersebut, lalu ia berkata kepada lelaki tersebut, 'Aku sedang punya masalah dengan orang tuaku, aku berjanji tidak akan pulang ke rumah selama tiga hari. Jika engkau mengijinkan, maka aku akan menginap di rumahmu untuk memenuhi sumpahku itu.'

Dia menjawab, 'Silahkan!'

Anas berkata bahwa Ibnu Amr bin Ash setelah menginap tiga hari tiga malam di rumah lelaki tersebut tidak pernah mendapatinya sedang qiyamullail (sholat malam), hanya saja tiap kali terjaga dari tidurnya ia membaca dzikir dan takbir hingga menjelang subuh. Kemudian mengambil air wudhu.

Abdullah juga mengatakan, 'Saya tidak mendengar ia berbicara kecuali yang baik.'

Setelah menginap tiga malam, saat hampir saja Abdullah menganggap remeh amalnya, ia berkata, 'Wahai hamba Allah, sesungguhnya aku tidak sedang bermasalah dengan orang tuaku, hanya saja aku mendengar Rasulullah selama tiga hari berturut-turut di dalam satu majelis beliau bersabda, 'Akan lewat di hadapan kalian seorang lelaki penghuni Surga.' Selesai beliau bersabda, ternyata yang muncul tiga kali berturut-turut adalah engkau.

Terang saja saya ingin menginap di rumahmu ini, untuk mengetahui amalan apa yang engkau lakukan, sehingga aku dapat mengikuti amalanmu. Sejujurnya aku tidak melihatmu mengerjakan amalan yang berpahala besar. Sebenarnya amalan apakah yang engkau kerjakan sehingga Rasulullah berkata demikian?'

Kemudian lelaki Anshar itu menjawab, 'Sebagaimana yang kamu lihat, aku tidak mengerjakan amalan apa-apa, hanya saja aku tidak pernah mempunyai rasa iri kepada sesama muslim atau hasad terhadap kenikmatan yang diberikan Allah kepadanya.'

Abdullah bin Amr berkata, 'Rupanya itulah yang menyebabkan kamu mencapai derajat itu, sebuah amalan yang kami tidak mampu melakukannya'."

Sumber : Kitab Az-Zuhd, Al-Imam Ibnul Mubarak rahimahullah, hal. 220..

SEMOGA ALLAH TA'ALA menjauhkan kita semua dari sifat HASAD yang merusak ini !!
Hayyakumulloh wa baarokallahu fiikum..

Telaah Tuntas Ilmu Ushul Fiqh oleh Al-Ustadz Dzulqarnain bin Muhammad Sunusi



Bismillah.
TELAAH TUNTAS ILMU USHUL FIQIH
Pembahasan Kitab Al-Ushul Min ‘Ilm Ushul
(Karya Syaikh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin)
oleh Al-Ustadz Dzulqarnain M.Sunusi
5 Hari
pada Jumat-Selasa,
25-29 Rabiul Awal 1433 H/
17-21 Februari 2012
di Ma’had As-Sunnah
Jl. Baji Rupa No. 8 Makassar
Info: 085242920351/08971503216
an-nashihah.com
almakassari.com