Minggu, 09 September 2012

KEUTAMAAN TAUHID

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

KEUTAMAAN TAUHID



            Kehidupan di dunia ini senantiasa berputar. Hari berganti hari, bulan demi bulan, satu tahun pun akhirnya berlalu tanpa kita sadari. Seiring berjalannya siang dan malam, saat itu pula ujian menimpa setiap manusia. Ya, kehidupan ini adalah ujian bagi kita, yang akan kita pertanggungjawabkan nanti di hadapan ALLAH .
Dalam menghadapi ujian, tak jarang seseorang melakukan kesalahan. Bisa karena kalah dengan nafsu, atau karena kerancuan berfikir yang menguasai. Akhirnya, orang tersebut pun bermaksiat dan berdosa kepada ALLAH . Semakin banyak salah dalam ujian, semakin banyak beban dosa yang dia pikul. Kemudian, dia pun datang kepada-NYA dengan berbagai dosa yang berujung kepada murka ALLAH  dan siksa neraka-NYA. Kita berlindung kepada ALLAH  dari itu semua.
Namun, ALLAH  adalah Rabb yang Maha Pengasih dan Penyayang terhadap hamba-NYA. ALLAH  memberikan kesempatan kepada kita untuk berusaha memperbaiki kesalahan dan merubahnya. ALLAH  buka pintu taubat dari segala dosa. ALLAH  pun menjadikan amalan kebajikan sebagai amalan penghapus kesalahan. Diharapkan dengan itu semua, kita kembali menghadap-NYA dalam keadaan bersih dan bebas dari dosa.

TAUHID PENGHAPUS DOSA

Selain sebagai pondasi Agama seseorang, Tauhid juga merupakan nikmat yang kelak sangat kita harapkan saat menghadapi hari hisab, selain kita juga berupaya agar tidak terjatuh dalam dosa.
Keutamaan Tauhid sebagai penghapus dosa disebutkan dalam hadits qudsi :

ياابن ادم إنك لو أتيتني بقراب الارض خطايا ثم لقيتني لا تشرك بي شيألأ تيتك بقر ابهامغفرة                                                             

            “Wahai anak Adam, sungguh seandainya engkau datang kepada-KU dengan dosa sepenuh bumi, sedang engkau datang kepada-KU tanpa menyekutukan-KU dengan sesuatu pun, AKU benar-benar akan datang dengan ampunan sebesar itu pula.” [H.R. At Tirmidzi, dari Shahabat Anas bin Malik  dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani Rahimahullah dalam Shahih Sunan At Tarmidzi].

            Dalam hadits ini, ALLAH  telah menjanjikan kepada anak Adam, bahwa ALLAH  akan mengampuni mereka apabila meninggal dalam keadaan tidak menyekutukan ALLAH  dengan sesuatu pun. Hal ini menjadi dalil bahwa Tauhid adalah sebab utama diampuninya dosa seseorang. Semakin sempurna Tauhid seseorang, semakin jauh pula ia dari kesyirikan yang berarti ia akan semakin mempunyai peluang besar untuk mendapatkan ampunan ALLAH . Maka, orang yang bertauhid adalah orang yang paling beruntung dengan ampunan dosa dari ALLAH . Sebaliknya, seorang musyrik yang mempersekutukan ALLAH  dalam ibadah dan keyakinan merupakan orang yang paling merugi, sebab pahalanya ALLAH  gugurkan walaupun dia adalah orang yang banyak berbuat baik.

TAUHID ADALAH SEBAB SELAMATNYA SEORANG HAMBA DARI NERAKA

Kelak di akhirat, setiap manusia pasti akan dihadapkan pada dua kemungkinan. Jika bukan mendapat nikmat dari ALLAH  berupa Surga-NYA, maka ia akan mendapat siksa Api Neraka. Tentu semua orang tidak ingin dirinya mendapat penderitaan  siksa Neraka. Tauhid adalah salah satu sebab utama selamatnya seseorang dari siksa Api Neraka. Pada suatu ketika Rasulullah  bersabda kepada Muadz bin Jabal  yang artinya, “Wahai Muadz apakah engkau tahu hak ALLAH atas hamba-NYA dan hak hamba atas ALLAH?” Muadz berkata, “ALLAH dan Rasul-NYA lebih tahu.” Beliau  bersabda, “Sesungguhnya hak ALLAH atas hamba-NYA adalah mereka beribadah kepada-NYA semata dan tidak menyekutukan-NYA dengan sesuatu pun. Sedangkan hak hamba atas ALLAH adalah ALLAH tidak akan meng-azab seorang yang tidak menyekutukan-NYA dengan sesuatu pun.” [H.R. Al Bukhari dan Muslim]. Dalam hadits ini Rasulullah  memberitahukan kepada Mu’adz  bahwa ALLAH  tidak akan meng-azab hamba-NYA jika mereka menunaikan hak ALLAH atas mereka. Hak ALLAH  tersebut adalah dengan ber-Tauhid kepada ALLAH  dan tidak mempersekutukan-NYA dengan sesuatupun. Inilah faedah ber-Tauhid kepada ALLAH .

TAUHID ADALAH SEBAB MASUK SURGA TANPA HISAB

Masuk surga dan dijauhkan dari dari neraka merupakan nikmat yang sangat besar. Nikmat ini akan lebih lengkap apabila kita masuk surga dengan tanpa melalui hisab. Betapa tidak? Pada saat dikumpulkannya manusia di padang Mahsyar, matahari hanya berjarak satu mil di atas kepala kita. Manusia semuanya merasa takut menghadapi hisab, lupa terhadap anak, istri, dan keluarga yang dicintainya.
Nah, dengan Tauhid yang sempurna, kita bisa memasuki surga tanpa hisab. Dalam hadits yang panjang, Rasulullah  melihat umat beliau , tujuh puluh ribu orang di antaranya masuk surga tanpa hisab dan azab. Para Shahabat bertanya siapakah mereka? Beliau  bersabda yang artinya, “Mereka adalah orang-orang yang tidak meminta untuk di-ruqyah, tidak meminta untuk di-kay, dan tidak ber-tathayyur, serta hanya kepada ALLAH semata mereka bertawakkal.” [H.R. Al Bukhari dari Shahabat imran bin Husain ]
Dalam hadits di atas Rasulullah  memberitakan bahwa ada beberapa sifat yang akan menjadikan seseorang masuk surga tanpa hisab :

1

TIDAK MINTA DI-RUQYAH.

Ruqyah adalah bacaan-bacaan untuk mengobati penyakit, kadang berupa bacaan ayat-ayat Al-Qur’an atau doa-doa yang diajarkan oleh Rasulullah . Ruqyah pada masa Jahiliah sangat akrab dengan masyarakat, bahkan dianggap sebagai terapi yang manjur. Orang yang meminta ruqyah pun memiliki ketergantungan qalbu terhadap yang me-Ruqyah. Dari sinilah Tauhidnya menjadi tidak sempurna karena orang yang minta di-Ruqyah memiliki semacam ketergantungan dan harapan kepada selain ALLAH. Maka jika kita perlu untuk di-Ruqyah hendaknya me-Ruqyah sendiri dan tidak meminta untuk di-Ruqya-kan.

2

TIDAK MINTA KAY.

Kay adalah pengobatan penyakit dengan cara menempelkan besi panas pada bagian tubuh tertentu. Metode penyembuhan ini sangat efektif . sehingga, muncullah kesan berobat dengan metode kay pasti sembuh. Orang yang sakit pun bergantung kepada kay dan lupa kepada penyembuh yang hakiki yaitu ALLAH . Dengan demikian Tauhidnya menjadi tidak sempurna.

3

TIDAK BER-TATHAYYUR.

Tathayyur adalah anggapan sial terhadap benda, waktu, atau tempat tertentu, baik yang dilihat atau didengar. Tauhid seseorang yang melakukan tathayyur menjadi berkurang karena menganggap sesuatu sebagai sebab. Keberuntungan dan kesialan, padahal faktanya hal itu tidak memiliki hubungan dengan keberuntungan dan kesialan. Seolah-olah ia menyakini ada sesuatu yang memiliki pengaruh selain ALLAH 
.
4

BERTAWAKKAL HANYA KEPADA ALLAH  .

Empat sifat ini bermuara kepada Tawakkal kepada ALLAH  saja. Ruqyah, kay, dan tathayyur adalah sebab berkurangnya tawakkal seseorang kepada ALLAH. Padahal. Tawakkal merupakan salah satu perwujudan Tauhid. Semakin kuat Tauhid seseorang kepada ALLAH, semakin kuat pula Tawakkalnya kepada ALLAH. Orang-orang musyrikin pun merupakan orang yang sangat lemah tawakkalnya kepada ALLAH sehingga menggantungkan hati mereka kepada selain ALLAH berupa jimat, berhala, dan lainnya. Nah, marilah kita perbaiki Tauhid kita, kemudian berharap ampunan dosa, perlindungan dari Neraka, dan masuk Surga tanpa Hisab. WALLAHU A’LAM [Hammam].

Source : Majalah Tashfiyah [Mudah Berfaedah]


DAKWAH KEPADA TAUHID



بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ


DAKWAH KEPADA TAUHID

Pada masa ini, kita dapati kaum muslimin berada dalam kelemahan dari berbagai aspek, baik dalam ekonomi, sosial, maupun bidang-bidang lainnya. Sebagaian kaum muslimin yang mempunyai semangat untuk memperbaiki keadaan ini pun berusaha untuk berpikir sebuah solusi yang di tempuh supaya kaum muslimin kembali kepada kejayaan seperti pada zaman keemasannya dahulu. Dari sini, dikemukakanlah berbagai pendapat dan dilakukanlah bermacam-macam cara.
Sebagian muslim berpendapat bahwa akar permasalahan ini adalah kemiskinan. Jadilah, solusi yang ditempuh dengan menggalang dana dan membangun kekuatan finansial sebesar-besarnya. Mereka berdakwah dengan memfokuskan diri supaya perekonomian kaum muslimin menjadi kuat. Yang lain berpendapat bahwa perubahan baru akan terwujud ketika kaum muslimin menguasai parlemen sehingga dapat menerapkan syariat Islam di masyarakat. Kaum muslimin yang lain mengajak untuk melakukan shalat, membaca Al-Qur’an dan sebagainya, namun tidak menyinggung perbaikan dalam hal keyakinan dan aqidah. Mereka menganggap pembahasan aqidah justru akan memecah-belah umat dan memperkeruh keadaan. Manakah jalan dakwah yang benar? Tentu perlu ditimbang kebenarannya, apakah sesuai dengan Al-Qur’an, sesuai dengan bimbingan Rasulullah .
Kita perlu meyakini bahwa islam adalah agama yang sempurna dari segala sisinya. Baik masalah yang menurut mayoritas manusia sepele maupun masalah yang besar dan agung telah diatur. Bagaimana tidak? Amalan ini adalah tugas utama para Nabi dan Rasul serta orang-orang yang mengikuti mereka. Maka dari sinilah hendaknya kita mencontoh mereka. Lalu, bagaimanakah cara yang mereka tempuh dalam berdakwah kepada kaumnya? Apakah materi pertama yang didakwahkan?
Hal pertama dan utama yang didakwahkan oleh Rasulullah  adalah Tauhid. Apakah Tauhid? Tauhid adalah pengesaan ALLAH   dalam hal Rububiyah (meyakini bahwasannya ALLAH  satu-satunya Dzat yang mengatur alam, memberi rezeki, menciptakan, pemilik kerajaan langit dan bumi), Uluhiyah (mengesakan ALLAH  dalam hal peribadahan), dan Asma’ Wash Shifat (nama-nama ALLAH  yang sempurna). Pengesaan ketiga hal ini harus diyakini setiap muslim. Barang siapa tidak meyakini salah satunya, maka dia telah berbuat syirik yang mengakibatkan dirinya keluar dari Islam.
Dakwah semua para Nabi sebelum Rasulullah  juga berporos pada Tauhid ini. ALLAH  telah menyebutkan dalam Al-Qur’an tentang hal ini dalam kitab-NYA :

وَمَا أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ                   

“ Dan tidaklah kami utus sebelummu (wahai Muhammad) seorang Rasul pun, kecuali kami wahyukan kepadanya banhwa Tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali AKU, maka beribadahlah kalian hanya kepada-KU” [Q.S Al-Anbiya’ : 25]
ALLAH  juga berfirman :

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ                             
“Dan sungguh Kami telah mengutus seorang Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), “Sembahlah ALLAH saja, dan jaugilah Thaghut (segala yang diibadahi selain ALLAH)’.[Q.S An-Nahl]

Lihatlah bagaimana seruan para Rasul ini. Dakwah mereka pertama kali adalah masalah Tauhid, mengesakan ALLAH dalam ibadah, sekaligus melarang kesyirikan. Ayat yang semakna dengan dua ayat di atas sangat banyak yang menunjukkan pentingnya masalah Tauhid.
Tauhid juga merupakan pondasi bagi seluruh amal perbuatan seorang hamba. Diterima atau tidak akan lepas dari baik da benarnya Tauhid seseorang. Bak sebuah rumah, kokoh tidaknya suatu bangunan dipengaruhi dengan kekuatan pondasinya. Maka, baik buruknya agama seseorang pun dipengaruhi Tauhid orang tersebut.
Senada dengan perintah Al-Qur’an berdakwah kepada Tauhid adalah bimbingan Rasulullah  kepada para Shahabat beliau yang diutus sebagai da’i ke seluruh penjuru negeri, salah satunya adalah Muadz bin Jabal . Tatkala beliau  mengutusnya untuk menjadi Da’i di negeri Yaman, Rasulullah  bersabda membimbing Muadz  tentang apa yang seharusnya di dakwahkan pertama kali :

إ نك تأ تي قو ما من أ هل الكتاب فا د عهم إلى شهادةأن لا إله إلا الله ورسول الله       

            “sesungguhnya engkau akan mendatangi suatu kaum dari kalangan ahlul kitab (kaum Nasrani) maka ajaklah mereka kepada persaksian Laa ilaha illallah dan aku ini Rasulullah.”
[H.R. Al Bukhari dan Muslim dari Shahabat Abdullah bin Abbas  ].

            Demikianlah inti dakwah yang semestinya disampaikan pertama kali, yaitu menyeru manusia untuk mengesakan ALLAH dalam ibadahnya, baru disusul dengan perkara agama yang lain. Jadi, dakwah dimulai dari yang paling penting kemudian baru yang penting setelahnya. Hal ini pula yang dipraktikkan oleh Rasulullah  di negeri Makkah. Selama tiga belas tahun, beliau berdakwah di Makkah untuk mengajak kaumnya supaya beribadah hanya kepada ALLAH, baik secara sembunyi-sembunyi ataupun terang-terangan. Tidak hanya di Makkah, Tauhid ini pun tetap beliau dakwahkan di negeri Madinah. Lebih dari itu, menjelang wafat pun beliau masih mengingatkan para shahabat dari praktik-praktik yang menjerumuskan ke jurang kesyirikan demi menjaga keutuhan Tauhid. Imam Muslim Rahimahullah dalam kitab Shahih beliau meriwayatkansebuah hadits dari Shahabat Jundab bin Abdullah Al Bajali , “Aku mendengar Rasulullah  bersabda lima hari sebelum beliau wafat (yang artinya) “Sesungguhnya umat sebelum kalian dahulu selalu menjadikan kuburan para nabi dan orang-orang shaleh mereka sebagai masjid. Ketahuilah, jangan sampai kalian menjadikan kuburan sebagai masjid. Sesungguhnya aku melarang kalian dari hal itu.” Rasulullah  memperingatkan dan melarang para Shahabat untuk membangun masjid di atas kuburan karena hal ini sangat berbahaya bagi Tauhid. Di mana, mayoritas kaum musyrikin banyak melakukan praktik peribadahan justru kepada kuburan-kuburan tersebut, baik dengan meminta-minta kepada kuburan, bersemedi di sana, atau ibadah lainnya yang seharusnya hanya diperuntukkan bagi ALLAH  semata. Bahkan, berhala Latta yang mereka agungkan merupakan kuburan orang shalih. Maka, beliau  pun memperingatkan Shahabat agar jangan berlebihan terhadap kuburan beliau .
            Jika ada yang mengatakan, “ Tapi, masyarakat sekarang sudah bobrok dari segala sisinya.” Maka, perlu kita ketahui, sungguh keadaan kaum musyrikin pada zaman Rasulullah  tidak lebih baik dari keadaan kaum muslimin saat ini. Bahkan, kerusakannya sudah mencapai puncaknya. Mereka membutuhkan perbaikan dalam seluruh sendi kehidupan. Seandainya solusi-solusi yang telah dikemukakan di muka merupakan jalan yang terbaik dalam memperbaiki kaum muslimin, tentulah Rasulullah  telah menempuhnya. Namun, beliau tetap memulai dakwah pada Tauhid dan memperbaiki Akidah. Kita telah mengetahui keberhasilan dakwah beliau . Maka, jelaslah solusi yang tepat untuk mengatasi krisis yang sedang melanda adalah berdakwah pertama kali kepada Tauhid yang benar. Jadi, kita harus senantiasa memprioritaskan, memerhatikan, dan mementingkan dakwah untuk memurnikan ibadah hanya kepada ALLAH  dan tidak boleh meremehkan hal ini.

لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ                      
           
“Sesungguhnya telah ada bagi kalian pada diri Rasulullah  suri tauladan yang baik bagi orang yang mengharap (rahmat) ALLAH dan hari Akhir [Q.S. Al-Ahzab:21] WALLAHU A’LAM [hammam] 

Source : Majalah Tasfiyah [mudah berfaedah]

Kamis, 06 September 2012

FITNAH KEHIDUPAN


NASEHAT TENTANG :
FITNAH KEHIDUPAN
Ceramah Juma'at Oleh :

Al-Ustadz Khidir M. Sunusi Hafizhahullah

Tempat : MA'HAD ASSUNNAH MAKASSAR
JL. Baji Rupa No. 8 Makassar