Minggu, 09 September 2012

DAKWAH KEPADA TAUHID



بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ


DAKWAH KEPADA TAUHID

Pada masa ini, kita dapati kaum muslimin berada dalam kelemahan dari berbagai aspek, baik dalam ekonomi, sosial, maupun bidang-bidang lainnya. Sebagaian kaum muslimin yang mempunyai semangat untuk memperbaiki keadaan ini pun berusaha untuk berpikir sebuah solusi yang di tempuh supaya kaum muslimin kembali kepada kejayaan seperti pada zaman keemasannya dahulu. Dari sini, dikemukakanlah berbagai pendapat dan dilakukanlah bermacam-macam cara.
Sebagian muslim berpendapat bahwa akar permasalahan ini adalah kemiskinan. Jadilah, solusi yang ditempuh dengan menggalang dana dan membangun kekuatan finansial sebesar-besarnya. Mereka berdakwah dengan memfokuskan diri supaya perekonomian kaum muslimin menjadi kuat. Yang lain berpendapat bahwa perubahan baru akan terwujud ketika kaum muslimin menguasai parlemen sehingga dapat menerapkan syariat Islam di masyarakat. Kaum muslimin yang lain mengajak untuk melakukan shalat, membaca Al-Qur’an dan sebagainya, namun tidak menyinggung perbaikan dalam hal keyakinan dan aqidah. Mereka menganggap pembahasan aqidah justru akan memecah-belah umat dan memperkeruh keadaan. Manakah jalan dakwah yang benar? Tentu perlu ditimbang kebenarannya, apakah sesuai dengan Al-Qur’an, sesuai dengan bimbingan Rasulullah .
Kita perlu meyakini bahwa islam adalah agama yang sempurna dari segala sisinya. Baik masalah yang menurut mayoritas manusia sepele maupun masalah yang besar dan agung telah diatur. Bagaimana tidak? Amalan ini adalah tugas utama para Nabi dan Rasul serta orang-orang yang mengikuti mereka. Maka dari sinilah hendaknya kita mencontoh mereka. Lalu, bagaimanakah cara yang mereka tempuh dalam berdakwah kepada kaumnya? Apakah materi pertama yang didakwahkan?
Hal pertama dan utama yang didakwahkan oleh Rasulullah  adalah Tauhid. Apakah Tauhid? Tauhid adalah pengesaan ALLAH   dalam hal Rububiyah (meyakini bahwasannya ALLAH  satu-satunya Dzat yang mengatur alam, memberi rezeki, menciptakan, pemilik kerajaan langit dan bumi), Uluhiyah (mengesakan ALLAH  dalam hal peribadahan), dan Asma’ Wash Shifat (nama-nama ALLAH  yang sempurna). Pengesaan ketiga hal ini harus diyakini setiap muslim. Barang siapa tidak meyakini salah satunya, maka dia telah berbuat syirik yang mengakibatkan dirinya keluar dari Islam.
Dakwah semua para Nabi sebelum Rasulullah  juga berporos pada Tauhid ini. ALLAH  telah menyebutkan dalam Al-Qur’an tentang hal ini dalam kitab-NYA :

وَمَا أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ                   

“ Dan tidaklah kami utus sebelummu (wahai Muhammad) seorang Rasul pun, kecuali kami wahyukan kepadanya banhwa Tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali AKU, maka beribadahlah kalian hanya kepada-KU” [Q.S Al-Anbiya’ : 25]
ALLAH  juga berfirman :

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ                             
“Dan sungguh Kami telah mengutus seorang Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), “Sembahlah ALLAH saja, dan jaugilah Thaghut (segala yang diibadahi selain ALLAH)’.[Q.S An-Nahl]

Lihatlah bagaimana seruan para Rasul ini. Dakwah mereka pertama kali adalah masalah Tauhid, mengesakan ALLAH dalam ibadah, sekaligus melarang kesyirikan. Ayat yang semakna dengan dua ayat di atas sangat banyak yang menunjukkan pentingnya masalah Tauhid.
Tauhid juga merupakan pondasi bagi seluruh amal perbuatan seorang hamba. Diterima atau tidak akan lepas dari baik da benarnya Tauhid seseorang. Bak sebuah rumah, kokoh tidaknya suatu bangunan dipengaruhi dengan kekuatan pondasinya. Maka, baik buruknya agama seseorang pun dipengaruhi Tauhid orang tersebut.
Senada dengan perintah Al-Qur’an berdakwah kepada Tauhid adalah bimbingan Rasulullah  kepada para Shahabat beliau yang diutus sebagai da’i ke seluruh penjuru negeri, salah satunya adalah Muadz bin Jabal . Tatkala beliau  mengutusnya untuk menjadi Da’i di negeri Yaman, Rasulullah  bersabda membimbing Muadz  tentang apa yang seharusnya di dakwahkan pertama kali :

إ نك تأ تي قو ما من أ هل الكتاب فا د عهم إلى شهادةأن لا إله إلا الله ورسول الله       

            “sesungguhnya engkau akan mendatangi suatu kaum dari kalangan ahlul kitab (kaum Nasrani) maka ajaklah mereka kepada persaksian Laa ilaha illallah dan aku ini Rasulullah.”
[H.R. Al Bukhari dan Muslim dari Shahabat Abdullah bin Abbas  ].

            Demikianlah inti dakwah yang semestinya disampaikan pertama kali, yaitu menyeru manusia untuk mengesakan ALLAH dalam ibadahnya, baru disusul dengan perkara agama yang lain. Jadi, dakwah dimulai dari yang paling penting kemudian baru yang penting setelahnya. Hal ini pula yang dipraktikkan oleh Rasulullah  di negeri Makkah. Selama tiga belas tahun, beliau berdakwah di Makkah untuk mengajak kaumnya supaya beribadah hanya kepada ALLAH, baik secara sembunyi-sembunyi ataupun terang-terangan. Tidak hanya di Makkah, Tauhid ini pun tetap beliau dakwahkan di negeri Madinah. Lebih dari itu, menjelang wafat pun beliau masih mengingatkan para shahabat dari praktik-praktik yang menjerumuskan ke jurang kesyirikan demi menjaga keutuhan Tauhid. Imam Muslim Rahimahullah dalam kitab Shahih beliau meriwayatkansebuah hadits dari Shahabat Jundab bin Abdullah Al Bajali , “Aku mendengar Rasulullah  bersabda lima hari sebelum beliau wafat (yang artinya) “Sesungguhnya umat sebelum kalian dahulu selalu menjadikan kuburan para nabi dan orang-orang shaleh mereka sebagai masjid. Ketahuilah, jangan sampai kalian menjadikan kuburan sebagai masjid. Sesungguhnya aku melarang kalian dari hal itu.” Rasulullah  memperingatkan dan melarang para Shahabat untuk membangun masjid di atas kuburan karena hal ini sangat berbahaya bagi Tauhid. Di mana, mayoritas kaum musyrikin banyak melakukan praktik peribadahan justru kepada kuburan-kuburan tersebut, baik dengan meminta-minta kepada kuburan, bersemedi di sana, atau ibadah lainnya yang seharusnya hanya diperuntukkan bagi ALLAH  semata. Bahkan, berhala Latta yang mereka agungkan merupakan kuburan orang shalih. Maka, beliau  pun memperingatkan Shahabat agar jangan berlebihan terhadap kuburan beliau .
            Jika ada yang mengatakan, “ Tapi, masyarakat sekarang sudah bobrok dari segala sisinya.” Maka, perlu kita ketahui, sungguh keadaan kaum musyrikin pada zaman Rasulullah  tidak lebih baik dari keadaan kaum muslimin saat ini. Bahkan, kerusakannya sudah mencapai puncaknya. Mereka membutuhkan perbaikan dalam seluruh sendi kehidupan. Seandainya solusi-solusi yang telah dikemukakan di muka merupakan jalan yang terbaik dalam memperbaiki kaum muslimin, tentulah Rasulullah  telah menempuhnya. Namun, beliau tetap memulai dakwah pada Tauhid dan memperbaiki Akidah. Kita telah mengetahui keberhasilan dakwah beliau . Maka, jelaslah solusi yang tepat untuk mengatasi krisis yang sedang melanda adalah berdakwah pertama kali kepada Tauhid yang benar. Jadi, kita harus senantiasa memprioritaskan, memerhatikan, dan mementingkan dakwah untuk memurnikan ibadah hanya kepada ALLAH  dan tidak boleh meremehkan hal ini.

لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ                      
           
“Sesungguhnya telah ada bagi kalian pada diri Rasulullah  suri tauladan yang baik bagi orang yang mengharap (rahmat) ALLAH dan hari Akhir [Q.S. Al-Ahzab:21] WALLAHU A’LAM [hammam] 

Source : Majalah Tasfiyah [mudah berfaedah]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar