بِسْمِ اللهِ
الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
DAKWAH
KEPADA
TAUHID
Pada
masa ini, kita dapati kaum muslimin berada dalam kelemahan dari berbagai aspek,
baik dalam ekonomi, sosial, maupun bidang-bidang lainnya. Sebagaian kaum
muslimin yang mempunyai semangat untuk memperbaiki keadaan ini pun berusaha
untuk berpikir sebuah solusi yang di tempuh supaya kaum muslimin kembali kepada
kejayaan seperti pada zaman keemasannya dahulu. Dari sini, dikemukakanlah
berbagai pendapat dan dilakukanlah bermacam-macam cara.
Sebagian
muslim berpendapat bahwa akar permasalahan ini adalah kemiskinan. Jadilah,
solusi yang ditempuh dengan menggalang dana dan membangun kekuatan finansial
sebesar-besarnya. Mereka berdakwah dengan memfokuskan diri supaya perekonomian
kaum muslimin menjadi kuat. Yang lain berpendapat bahwa perubahan baru akan
terwujud ketika kaum muslimin menguasai parlemen sehingga dapat menerapkan
syariat Islam di masyarakat. Kaum muslimin yang lain mengajak untuk melakukan
shalat, membaca Al-Qur’an dan sebagainya, namun tidak menyinggung perbaikan
dalam hal keyakinan dan aqidah. Mereka menganggap pembahasan aqidah justru akan
memecah-belah umat dan memperkeruh keadaan. Manakah jalan dakwah yang benar?
Tentu perlu ditimbang kebenarannya, apakah sesuai dengan Al-Qur’an, sesuai dengan
bimbingan Rasulullah .
Kita
perlu meyakini bahwa islam adalah agama yang sempurna dari segala sisinya. Baik
masalah yang menurut mayoritas manusia sepele maupun masalah yang besar dan
agung telah diatur. Bagaimana tidak? Amalan ini adalah tugas utama para Nabi
dan Rasul serta orang-orang yang mengikuti mereka. Maka dari sinilah hendaknya
kita mencontoh mereka. Lalu, bagaimanakah cara yang mereka tempuh dalam
berdakwah kepada kaumnya? Apakah materi pertama yang didakwahkan?
Hal
pertama dan utama yang didakwahkan oleh Rasulullah adalah Tauhid. Apakah Tauhid? Tauhid adalah
pengesaan ALLAH dalam hal Rububiyah
(meyakini bahwasannya ALLAH satu-satunya Dzat yang mengatur alam, memberi
rezeki, menciptakan, pemilik kerajaan langit dan bumi), Uluhiyah (mengesakan ALLAH dalam hal peribadahan), dan Asma’ Wash Shifat (nama-nama ALLAH yang sempurna). Pengesaan ketiga hal ini harus
diyakini setiap muslim. Barang siapa tidak meyakini salah satunya, maka dia
telah berbuat syirik yang mengakibatkan dirinya keluar dari Islam.
Dakwah
semua para Nabi sebelum Rasulullah juga berporos pada Tauhid ini. ALLAH telah menyebutkan dalam Al-Qur’an tentang hal
ini dalam kitab-NYA :
وَمَا أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ
أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ
“ Dan tidaklah kami utus sebelummu (wahai
Muhammad) seorang Rasul pun, kecuali kami wahyukan kepadanya banhwa Tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi
kecuali AKU, maka beribadahlah kalian hanya kepada-KU” [Q.S Al-Anbiya’ : 25]
ALLAH juga berfirman :
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولًا أَنِ اعْبُدُوا
اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
“Dan sungguh Kami telah mengutus seorang Rasul pada tiap-tiap
umat (untuk menyerukan), “Sembahlah
ALLAH saja, dan jaugilah Thaghut (segala yang diibadahi selain ALLAH)’.” [Q.S An-Nahl]
Lihatlah bagaimana seruan para Rasul ini. Dakwah mereka pertama
kali adalah masalah Tauhid, mengesakan ALLAH dalam ibadah, sekaligus melarang
kesyirikan. Ayat yang semakna dengan dua ayat di atas sangat banyak yang
menunjukkan pentingnya masalah Tauhid.
Tauhid juga merupakan pondasi bagi seluruh amal perbuatan seorang
hamba. Diterima atau tidak akan lepas dari baik da benarnya Tauhid seseorang.
Bak sebuah rumah, kokoh tidaknya suatu bangunan dipengaruhi dengan kekuatan
pondasinya. Maka, baik buruknya agama seseorang pun dipengaruhi Tauhid orang
tersebut.
Senada dengan perintah Al-Qur’an berdakwah kepada Tauhid adalah
bimbingan Rasulullah kepada para Shahabat beliau yang diutus
sebagai da’i ke seluruh penjuru negeri, salah satunya adalah Muadz bin Jabal . Tatkala beliau mengutusnya untuk menjadi Da’i di negeri
Yaman, Rasulullah bersabda membimbing Muadz tentang apa yang seharusnya
di dakwahkan pertama kali :
إ نك تأ تي قو ما من أ هل الكتاب فا د عهم
إلى شهادةأن لا إله إلا الله ورسول الله
“sesungguhnya
engkau akan mendatangi suatu kaum dari kalangan ahlul kitab (kaum Nasrani) maka
ajaklah mereka kepada persaksian Laa ilaha illallah dan aku ini Rasulullah.”
[H.R. Al Bukhari dan Muslim dari
Shahabat Abdullah bin Abbas ].
Demikianlah inti dakwah yang
semestinya disampaikan pertama kali, yaitu menyeru manusia untuk mengesakan
ALLAH dalam ibadahnya, baru disusul dengan perkara agama yang lain. Jadi,
dakwah dimulai dari yang paling penting kemudian baru yang penting setelahnya.
Hal ini pula yang dipraktikkan oleh Rasulullah di
negeri Makkah. Selama tiga belas tahun, beliau berdakwah di Makkah untuk
mengajak kaumnya supaya beribadah hanya kepada ALLAH, baik secara
sembunyi-sembunyi ataupun terang-terangan. Tidak hanya di Makkah, Tauhid ini
pun tetap beliau dakwahkan di negeri Madinah. Lebih dari itu, menjelang wafat
pun beliau masih mengingatkan para shahabat dari praktik-praktik yang
menjerumuskan ke jurang kesyirikan demi menjaga keutuhan Tauhid. Imam Muslim Rahimahullah
dalam kitab Shahih beliau meriwayatkansebuah hadits dari Shahabat Jundab bin
Abdullah Al Bajali ,
“Aku mendengar Rasulullah bersabda lima hari sebelum beliau wafat (yang
artinya) “Sesungguhnya umat sebelum kalian dahulu selalu menjadikan kuburan
para nabi dan orang-orang shaleh mereka sebagai masjid. Ketahuilah, jangan
sampai kalian menjadikan kuburan sebagai masjid. Sesungguhnya aku melarang
kalian dari hal itu.” Rasulullah memperingatkan dan melarang para Shahabat
untuk membangun masjid di atas kuburan karena hal ini sangat berbahaya bagi
Tauhid. Di mana, mayoritas kaum musyrikin banyak melakukan praktik peribadahan
justru kepada kuburan-kuburan tersebut, baik dengan meminta-minta kepada
kuburan, bersemedi di sana, atau ibadah lainnya yang seharusnya hanya
diperuntukkan bagi ALLAH semata. Bahkan, berhala Latta yang mereka
agungkan merupakan kuburan orang shalih. Maka, beliau pun memperingatkan Shahabat agar jangan
berlebihan terhadap kuburan beliau .
Jika ada
yang mengatakan, “ Tapi, masyarakat sekarang sudah bobrok dari segala sisinya.”
Maka, perlu kita ketahui, sungguh keadaan kaum musyrikin pada zaman Rasulullah tidak
lebih baik dari keadaan kaum muslimin saat ini. Bahkan, kerusakannya sudah
mencapai puncaknya. Mereka membutuhkan perbaikan dalam seluruh sendi kehidupan.
Seandainya solusi-solusi yang telah dikemukakan di muka merupakan jalan yang
terbaik dalam memperbaiki kaum muslimin, tentulah Rasulullah telah
menempuhnya. Namun, beliau tetap memulai dakwah pada Tauhid dan memperbaiki
Akidah. Kita telah mengetahui keberhasilan dakwah beliau . Maka, jelaslah solusi yang tepat untuk
mengatasi krisis yang sedang melanda adalah berdakwah pertama kali kepada
Tauhid yang benar. Jadi, kita harus senantiasa memprioritaskan, memerhatikan,
dan mementingkan dakwah untuk memurnikan ibadah hanya kepada ALLAH dan
tidak boleh meremehkan hal ini.
لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ
حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ
“Sesungguhnya telah ada bagi kalian pada diri
Rasulullah suri
tauladan yang baik bagi orang yang mengharap (rahmat) ALLAH dan hari Akhir [Q.S. Al-Ahzab:21] WALLAHU A’LAM [hammam]
Source : Majalah Tasfiyah [mudah berfaedah]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar